EKONOMI & BISNISHEADLINENASIONAL

Literasi Keuangan Nasional Meningkat, Akses Layanan Keuangan Kian Meluas

53
×

Literasi Keuangan Nasional Meningkat, Akses Layanan Keuangan Kian Meluas

Sebarkan artikel ini

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman dan akses masyarakat terhadap sektor jasa keuangan. Indeks literasi keuangan tercatat sebesar 66,46 persen, naik dari 65,43 persen pada 2022, sementara inklusi keuangan melonjak menjadi 80,51 persen dari sebelumnya 75,02 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyampaikan capaian ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor dalam menjalankan strategi nasional literasi dan inklusi keuangan.

“SNLIK 2025 menjadi bagian dari pelaksanaan RPJMN 2020–2024 dan dilaksanakan melalui wawancara langsung terhadap 10.800 responden usia 15–79 tahun di seluruh Indonesia,” kata Friderica dalam keterangan pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (2/5/2025).

Baca Juga  Agustiar Sabran Tekankan Verifikasi Kartu Huma Betang Sejahtera

Survei ini dilakukan dengan dua pendekatan metodologi, yakni Metode Keberlanjutan dan Metode Cakupan DNKI. Berdasarkan pendekatan keberlanjutan, indeks literasi keuangan mencapai 66,46 persen dan inklusi keuangan 80,51 persen.

Sementara itu, dengan pendekatan Cakupan DNKI, angka literasi sedikit lebih tinggi di 66,64 persen dan inklusi mencapai 92,74 persen. Perbedaan metodologi ini menunjukkan adanya perluasan pengukuran yang menjangkau kelompok-kelompok yang sebelumnya belum terakomodasi.

Baca Juga  Gubernur Kalteng Tekankan Pembangunan Merata Melalui Program Huma Betang

Faktor-faktor penentu tingkat literasi dan inklusi juga terpetakan dengan jelas dalam hasil survei. Pendidikan, pekerjaan, wilayah, dan usia menjadi indikator penting. Mereka yang memiliki pendidikan tinggi, bekerja sebagai profesional, tinggal di perkotaan, serta berusia produktif (25–50 tahun), mencatat skor di atas rata-rata nasional.

Sebaliknya, kelompok dengan tingkat indeks di bawah rata-rata antara lain remaja 15–17 tahun dan lansia, perempuan, masyarakat perdesaan, lulusan SMP ke bawah, serta mereka yang bekerja di sektor pertanian, ibu rumah tangga, pelajar, dan pengangguran.

“OJK terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi melalui edukasi yang masif, terstruktur, dan menyasar kelompok yang perlu diperkuat,” ujar Friderica.

Baca Juga  Agustiar Sabran Tegaskan Dukungan Penuh untuk Program Swasembada Jagung

“SNLIK 2025 menjadi instrumen penting dalam memastikan bahwa kebijakan dan program strategis OJK tepat sasaran dan berpihak pada seluruh lapisan masyarakat,” tandas Friderica. (Red/OJK)

+ posts