Ia menambahkan, UPR berkomitmen memperkuat kemitraan penta helix—melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media—guna menghasilkan inovasi yang unggul secara ilmiah, relevan secara sosial, dan kompetitif secara ekonomi.
Forum ilmiah ini turut menghadirkan Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S., Ketua Umum MPHPI sekaligus akademisi IPB University. Dalam pidatonya, Prof. Nurjanah menyoroti pentingnya percepatan hilirisasi dan komersialisasi hasil riset agar tidak berhenti di meja laboratorium.
“Sudah saatnya riset menjadi jembatan antara kampus dan industri. Hilirisasi adalah jalan untuk menjembatani kerja sama lintas sektor dan mendorong lahirnya inovasi bernilai ekonomi tinggi,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa MPHPI kini memiliki sekitar 500 anggota aktif dan akan memperluas kolaborasi dengan pendekatan penta helix agar lebih inklusif dan produktif.
Dalam kesempatan yang sama, Ir. Ishartini, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BP2MHKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menyampaikan keynote speech mewakili Menteri KKP. Ia menegaskan bahwa KKP sedang menata ulang kebijakan sektor kelautan dan perikanan berbasis blue economy.

“Kami menjalankan lima pilar utama: penangkapan ikan berbasis kuota, budidaya berkelanjutan, pengelolaan pesisir dan pulau kecil, pengendalian sampah plastik laut, serta pengembangan kampung nelayan Merah Putih. Kebijakan ini membuka ruang luas bagi kolaborasi perguruan tinggi dan asosiasi profesi seperti MPHPI,” jelas Ishartini.
Ia menambahkan, pengembangan produk perikanan bernilai tinggi seperti gelatin, kolagen, dan kultur jaringan menjadi arah baru ekonomi biru Indonesia yang berkelanjutan.
Sementara Prof. Dr. Eddy Suprayitno menyoroti potensi ikan gabus sebagai sumber albumin yang dapat dikembangkan menjadi produk pangan olahan, seperti cookies ikan gabus yang memiliki nilai gizi tinggi dan prospek ekonomi menjanjikan bagi masyarakat.
Menurutnya, ikan gabus (Channa striata) dikenal memiliki kandungan albumin tinggi yang bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka, menjaga daya tahan tubuh, dan memperbaiki jaringan sel. Melalui inovasi pengolahan menjadi cookies, kandungan gizi tersebut dapat dipertahankan dalam bentuk yang praktis dan mudah dikonsumsi.
“Potensi ikan gabus sebagai sumber albumin dapat dikembangkan menjadi cookies ikan gabus, karena produk ini menjembatani antara nilai gizi dan kebutuhan pangan fungsional masyarakat modern yang menginginkan sesuatu yang sehat, lezat, serta praktis dikonsumsi setiap hari,” ujarnya.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan pelantikan pengurus MPHPI Korwil Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, sesi paper presentation dengan 58 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia, serta gelar produk inovasi karya dosen, mahasiswa, dan pelaku industri.
Menutup seluruh rangkaian kegiatan, Dr. Firlianty menyampaikan harapan agar forum ini menjadi awal kolaborasi berkelanjutan di bidang riset, pendidikan, dan inovasi perikanan.
“Dari Palangka Raya, kami ingin mengirim pesan bahwa masa depan perikanan Indonesia ada di tangan riset, inovasi, dan kerja sama yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi lintas sektor, kita bisa mewujudkan perikanan yang mandiri, inovatif, dan menyejahterakan,” tandas Firlianty. (Red/Adv)










