PALANGKA RAYA – Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) I Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah resmi dibuka Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran di Palangka Raya, Jumat (21/11/2025) malam, dihadiri peserta dari 11 kabupaten dan kota.
Pembukaan berlangsung dengan nuansa kebersamaan yang kuat, menampilkan perpaduan antara kekhidmatan liturgi dan kekayaan budaya daerah. Hadir pula Uskup Keuskupan Palangka Raya Mgr. Aloysius M Sutrisnaatmaka, Ketua Umum LP3KN Muliawan Margadana, Ketua Panitia Sutoyo, dan tamu lainnya.
Ketua Umum LP3KN Muliawan Margadana menegaskan bahwa Pesparani bukan sekadar ajang lomba, tetapi gerakan budaya dan kasih untuk menumbuhkan iman umat Katolik, terlebih bagi generasi muda.
“Sebuah gerakan yang memupuk generasi muda Katolik Kalimantan Tengah agar semakin berakar pada iman, berbudaya mulia, mencintai tanah air, teguh dalam persaudaraan, dan mampu menjadi teladan harmoni di tengah keragaman masyarakat,” ucapnya, Jumat (21/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa Kalimantan Tengah adalah tanah yang kaya nilai lokal. Nilai Belom Bahadat, Handep, Hinting Pali, dan Huma Betang menjadi landasan kuat kehidupan masyarakat yang menempatkan martabat, kebersamaan, batas moral, dan persaudaraan sebagai pedoman hidup.
“Provinsi ini memiliki nilai Belom Bahadat yang meneguhkan manusia agar hidup bermartabat, disertai nilai Handep sebagai upaya mengajarkan untuk berdiri bersama,” ujarnya.
Menurutnya, nilai-nilai tersebut telah menopang kehidupan masyarakat selama ratusan tahun dan menjadi bagian penting dari identitas budaya yang harus terus dilestarikan. Di atas fondasi itulah Pesparani hadir, sehingga mampu berakar dalam budaya setempat.
“Pesparani memberi bukti bahwa iman Katolik dapat berakar dengan kokoh di dalam kebudayaan Nusantara tanpa kehilangan identitas khasnya,” tambahnya.
Muliawan menilai Pesparani adalah ruang pembentukan karakter bagi generasi muda, terlebih di tengah tantangan modernitas yang semakin kompleks. Ia menyebut bahwa musik gerejani telah lama menjadi sarana pembinaan disiplin, kesadaran sosial, dan kecintaan terhadap nilai moral.
“Pesparani pun turut hadir sebagai ruang penjernihan hati, tempat generasi muda ditempa dalam disiplin, kejujuran, kecintaan terhadap budaya, serta kepedulian kepada sesama,” tuturnya.
Ia berharap suara paduan yang menggema dalam Pesparani akan menjadi pantulan nilai luhur Kalimantan Tengah, yang mempersatukan kekayaan budaya Dayak dan cinta umat Katolik Indonesia.
“Kita tidak hanya mendengar nyanyian liturgi, tetapi juga mendengar denyut nadi Kalimantan Tengah yang mempersatukan budaya Dayak dengan cinta umat Katolik Indonesia,” katanya.
Ia mengapresiasi kehadiran para pemimpin daerah dalam acara pembukaan, karena hal tersebut mencerminkan perhatian pemerintah terhadap pembangunan karakter dan spiritualitas masyarakat.
“Kehadiran itu meneguhkan pembangunan bangsa tidak hanya mengurus fisik dan teknologi, tetapi juga menata karakter, budi pekerti dan spiritualitas sebagai fondasi peradaban,” tandas Muliawan. (Red/Adv)










