BUNTOK – Pemerintah Kabupaten Barito Selatan (Barsel) menunjukkan kesungguhan dalam menjaga dan melestarikan bahasa daerah sebagai bagian penting dari identitas serta warisan budaya bangsa. Komitmen tersebut tampak dalam pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah 2025 yang berlangsung di Hotel M Bahalap, Palangka Raya.
Acara yang dibuka oleh Asisten Administrasi Umum Setda Kalimantan Tengah, Sunarti, bersama Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Barsel, Rahmat Nuryadin, menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali peran bahasa ibu di tengah derasnya arus globalisasi yang kian menekan eksistensi budaya lokal.
“Revitalisasi bahasa daerah bukan sekadar upaya melestarikan bahasa, tetapi juga membangkitkan semangat generasi muda agar bangga menggunakan bahasa ibu,” ujar Sunarti saat memberikan sambutan pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah 2025 di Palangka Raya, baru-baru ini.
Ia menegaskan bahwa revitalisasi bahasa daerah bukan hanya menjaga eksistensinya, melainkan juga menumbuhkan kembali kebanggaan serta kecintaan generasi muda terhadap bahasa leluhur mereka.
Program revitalisasi bahasa daerah ini telah berjalan selama empat tahun dan difokuskan pada sepuluh bahasa di Kalimantan Tengah. Bahasa-bahasa tersebut meliputi Dayak Ngaju, Dayak Ma’anyan, Ot Danum, Melayu Kotawaringin, Dayak Siang, Dayak Bakumpai, Dayak Katingan, Tawoyan, Melayu Sukamara, dan Dayak Sampit.
Festival ini menjadi puncak dari kegiatan pembinaan yang telah dilakukan di berbagai daerah, menampilkan hasil karya peserta melalui lomba berbahasa daerah, mendongeng, hingga pertunjukan sastra tradisional.
Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa Kemendikbudristek, Iwa Lukmana, menjelaskan bahwa FTBI merupakan bentuk apresiasi terhadap kerja keras para pelajar dan pendidik yang telah berkomitmen menjaga bahasa daerah agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.
“Ajang ini adalah wujud penghargaan atas semangat adik-adik dalam mencintai bahasa daerahnya. FTBI merupakan bonus setelah perjuangan panjang mereka belajar, berlatih, dan berkompetisi di tingkat daerah,” ungkap Iwa.
Ia menambahkan bahwa sertifikat FTBI kini diakui oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi peserta dalam jenjang pendidikan berikutnya.
Namun demikian, Iwa mengingatkan bahwa tanggung jawab utama dalam menjaga kelestarian bahasa daerah tidak hanya berada pada lembaga pusat, tetapi terutama di tangan pemerintah daerah.
“Tidak ada satu pun bahasa daerah di Indonesia yang benar-benar aman dari ancaman kepunahan. Karena itu, pemerintah daerah harus menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian bahasa dan budaya lokal,” tegasnya.
Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar selama tiga hari ini diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Dari Kabupaten Barito Selatan, turut hadir Kepala Dinas Pendidikan, Manat Simanjuntak, bersama jajaran guru pendamping serta para peserta yang akan menampilkan kemampuan terbaiknya dalam berbahasa daerah.
Pemerintah Kabupaten Barito Selatan berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap bahasa serta budaya daerah di kalangan generasi muda, agar mereka memahami bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan simbol jati diri dan warisan leluhur yang harus dijaga bersama.
“Pelestarian bahasa daerah bukan hanya menjaga kata, tetapi menjaga jiwa dan sejarah bangsa,” tandas Manat. (Red/Adv)










