PALANGKARAYA – Pemerintah Kota Palangka Raya terus memperkuat langkah perencanaan pembangunan kawasan berbasis sungai melalui Seminar Akhir Kajian Aspek Sosial Water Front City (WFC) Flamboyan Bawah. Acara resmi dibuka oleh Pj Sekretaris Daerah, Arbert Tombak, di Aula Rahan Pumpung Hapakat, Kantor Bapperida.
Kegiatan ini merupakan bagian akhir dari rangkaian penelitian yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas PGRI Palangka Raya, dengan fokus pada analisis sosial terhadap rencana pengembangan WFC.
Dalam sambutan Wali Kota yang dibacakan oleh Arbert Tombak, disebutkan bahwa konsep WFC tidak semata membangun keindahan kota, melainkan menghidupkan kembali hubungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di tepi sungai.
“Flamboyan Bawah memiliki nilai sejarah penting sekaligus potensi besar sebagai ikon kota sungai modern. Namun tantangan sosialnya cukup beragam dan perlu dikelola dengan kebijakan yang arif,” tutur Arbert, belum lama ini.
Ia menyebutkan bahwa permasalahan seperti permukiman padat, mata pencaharian tradisional, hingga kemungkinan relokasi penduduk harus menjadi perhatian utama dalam proses pembangunan.
Kajian sosial yang diseminarkan, lanjutnya, merupakan fondasi dalam menciptakan tata kelola pembangunan yang berkeadilan dan berpihak pada masyarakat.
Seminar ini dihadiri oleh 27 instansi lintas sektor, mulai dari perangkat daerah, camat, lurah, hingga tokoh masyarakat dan akademisi Universitas PGRI Palangka Raya.
Diskusi berlangsung aktif dengan berbagai pandangan konstruktif tentang cara menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan kehidupan sosial masyarakat sekitar.
Arbert juga berharap hasil kajian ini menjadi arah kebijakan konkret bagi kota yang tengah berkembang pesat tersebut.
“Semoga Flamboyan Bawah menjadi contoh kawasan yang mampu menata diri tanpa kehilangan jati diri,” tandas Arbert. (Red/Adv)