PALANGKARAYA – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya (FISIP UPR) menggelar seminar internasional pada Rabu (04/06/2025) bertajuk “Forest Are The New Oil: Leveraging Carbon Trading For Sustainable Development and Community Empowerment in Kalimantan”. Seminar ini digelar di Gedung PPIIG lantai 7 dan diikuti ratusan mahasiswa.
Bekerja sama dengan AMINEF, Fulbright Indonesia, dan CIMTROP UPR, seminar ini bertujuan memperkuat pemahaman sivitas akademika terkait perdagangan karbon dan peluang pengembangan model pembangunan berkelanjutan di Kalimantan.
Dua pembicara utama, Adarsh Srinivasan, BA, dan Hendrik Segah, S.Hut., M.Si., Ph.D., IPU, menyampaikan materi tentang urgensi tata kelola hutan dan peran masyarakat dalam sistem perdagangan karbon. Mereka menyoroti pentingnya kolaborasi global dalam isu lingkungan.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Natalina Asi, MA, mewakili Rektor UPR, menegaskan bahwa penguatan kapasitas lingkungan harus menjadi bagian dari komitmen kampus terhadap pembangunan daerah dan pengabdian masyarakat.
“Pengetahuan terhadap lingkungan sangat penting untuk kita selaku akademisi, terutama dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang berdampingan kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Wakil Dekan FISIP UPR, Dr. Anyualatha Haridison, M.Si., juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif mahasiswa dalam forum keilmuan bertaraf internasional. Ia menilai kegiatan ini sebagai wadah strategis mengembangkan potensi generasi muda.
“Seminar ini menjadi momentum penting dalam membekali mahasiswa dengan pemahaman yang luas tentang isu-isu strategis, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim, keberlanjutan, serta peran Kalimantan sebagai pusat konservasi dunia,” ujarnya.
Menurutnya, keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan semacam ini akan membentuk pola pikir berbasis solusi, riset, dan aksi konkret di tingkat lokal. FISIP UPR akan terus menghadirkan kolaborasi akademik yang relevan dengan tantangan zaman.
“Melalui kegiatan seperti ini, kita berharap akan muncul generasi muda yang tidak hanya sadar lingkungan, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan dalam tata kelola hutan dan sumber daya alam secara adil dan lestari,” tandas Anyualatha. (Red/Adv)