AKADEMIKAPEMKAB PULANG PISAU

Pelatihan Olahan Kulit Semangka Tingkatkan Kapasitas Petani Henda

9
×

Pelatihan Olahan Kulit Semangka Tingkatkan Kapasitas Petani Henda

Sebarkan artikel ini
FOTO Ist.: Suasana pelatihan pembuatan teh kulit semangka bersama warga Desa Henda.

PULANG PISAU – Upaya memperluas kontribusi perguruan tinggi kepada masyarakat kembali ditunjukkan Tim Program Dosen Pendamping Pemberdayaan Masyarakat (PDPPM) LPPM Universitas Palangka Raya (UPR) 2025 melalui pelatihan pembuatan teh kulit semangka serta pencatatan keuangan sederhana bagi warga Desa Henda, Kabupaten Pulang Pisau, Minggu, 28 September 2025 lalu.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim yang diketuai Pratiwi Hamzah, S.M., M.M., Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPR. Ia didampingi anggota tim yakni Dr. Hj. Revi Sunaryati, M.M., dari Fakultas Pertanian; Dr. Meitiana, M.M., dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis; serta mahasiswa pendamping Ela Afrida Purba, dan Halima.

FOTO Ist.: Suasana pelatihan pembuatan teh kulit semangka bersama warga Desa Henda.

Ketua Tim, Pratiwi Hamzah, S.M., M.M., menyampaikan bahwa sasaran pelatihan adalah masyarakat Desa Henda yang selama ini fokus pada pertanian semangka. Menurutnya, kelompok tani dan ibu-ibu petani masih menghadapi berbagai persoalan mendasar terkait kemampuan pengolahan hasil pertanian maupun pengelolaan usaha kecil.

“Kami melihat potensi luar biasa yang dapat dikembangkan masyarakat Desa Henda, namun perkembangan tersebut sering terhambat oleh minimnya keterampilan pascapanen. Pelatihan ini menjadi jembatan agar masyarakat dapat mengolah hasil panen secara mandiri dan bernilai,” ujarnya.

Pratiwi menjelaskan bahwa persoalan sosial yang dihadapi petani cukup kompleks, terutama terkait ketergantungan pada tengkulak dalam pemasaran hasil panen. Kondisi ini membuat pendapatan petani tidak stabil dan kurang mampu menjamin kesejahteraan jangka panjang. Para ibu rumah tangga yang mencoba mengembangkan usaha kecil pun sering terhambat oleh minimnya pemahaman pencatatan keuangan.

Selain itu, kurangnya inisiatif hilirisasi rumah tangga terhadap semangka yang tidak layak jual turut menjadi hambatan peningkatan nilai tambah produk pertanian. Potensi peningkatan pendapatan seharusnya bisa dicapai jika masyarakat memahami teknik pengolahan sederhana dan mampu memproduksi produk turunan dari hasil panen.

Dari aspek lingkungan, Pratiwi menyoroti persoalan limbah kulit semangka yang semakin menumpuk setiap musim panen. Tanpa pengelolaan yang tepat, limbah ini berpotensi mencemari lingkungan desa. Belum adanya penerapan konsep zero waste membuat potensi pengolahan limbah menjadi produk berguna sulit terwujud.

“Padahal limbah kulit semangka menunggu untuk dimanfaatkan, dan jika diolah, dapat menjadi produk bernilai ekonomi. Ini yang ingin kami perkenalkan kepada warga,” ujarnya lagi.

Melalui kegiatan PDPPM, Pratiwi menekankan pentingnya transfer ilmu dan pengenalan teknologi sederhana yang dapat diterapkan masyarakat secara mandiri. Pengolahan kulit semangka menjadi teh merupakan contoh inovasi yang mudah dipraktikkan dan berpeluang menjadi produk rumah tangga yang bernilai jual.

Tak hanya itu, pelatihan pencatatan keuangan sederhana memberikan keterampilan dasar yang dibutuhkan masyarakat untuk mengelola usaha kecil dengan lebih rapi dan terukur. Mereka diajarkan cara mencatat pemasukan, pengeluaran, hingga menghitung keuntungan secara praktis.

Sementara itu, perwakilan petani Desa Henda, Wawan, mengapresiasi kegiatan tersebut dan menyebut pelatihan ini relevan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

“Selama ini, limbah kulit semangka hanya menjadi sampah. Melalui pelatihan ini kami mendapatkan sudut pandang baru bahwa bahan tersebut dapat diolah menjadi produk berguna dan layak jual bagi masyarakat,” ungkapnya.

Menurut Wawan, keterampilan pencatatan keuangan yang diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga juga sangat membantu mereka dalam merintis usaha mikro. Ia menilai kemampuan membuat pembukuan sederhana merupakan fondasi agar usaha rumahan bisa bertahan dan berkembang.

“Banyak usaha rumah tangga gagal bukan karena produk kurang bagus, tetapi karena tidak ada catatan keuangan yang jelas. Pelatihan ini memberikan solusi penting,” ungkapnya lagi.

Wawan berharap pendampingan seperti ini dapat terus berlanjut agar masyarakat semakin mandiri dan mampu mengembangkan hasil pertanian secara kreatif.

“Kami ingin mengubah cara kami melihat pertanian, dari hanya menjual buah mentah menjadi menghasilkan produk olahan yang bernilai tinggi. Pendampingan seperti ini membuat kami lebih percaya diri untuk memulai,” tandas Wawan. (Red/Adv)

+ posts