KASONGAN – Intensitas hujan yang meningkat drastis sejak September 2025 dinilai berpotensi memperburuk risiko banjir besar di wilayah Katingan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Katingan, Yobie Sandra, menegaskan persoalan sedimentasi sungai menjadi pemicu utama ancaman tersebut.
“Pada September kemarin saja sudah tercatat 272 milimeter, melonjak hampir dua kali lipat dibanding Agustus yang hanya 115 milimeter,” ujarnya, belum lama ini.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan diperkirakan terus naik hingga akhir tahun. Pada Oktober saja, intensitas bisa mencapai 300 hingga 400 milimeter per bulan.
Musim hujan kali ini disebut berlangsung panjang, dengan puncak curah hujan pada November hingga Desember, lalu diprediksi baru berakhir pada Februari 2026.
Menurut Yobie, sedimentasi atau pendangkalan sungai membuat aliran air melambat, sehingga genangan lebih lama bertahan di permukiman masyarakat.
Wilayah tengah hingga hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan disebut paling rawan terdampak, terutama jika curah hujan mencapai level tertinggi.
Untuk itu, DLH meminta semua pihak bersiap menghadapi kemungkinan banjir besar. Kesiapan pemerintah daerah, aparat teknis, dan peran masyarakat dinilai sangat menentukan.
“Upaya pencegahan harus dilakukan bersama agar tidak terlambat saat banjir sudah terjadi,” ungkapnya.
Selain banjir, ancaman lain berupa tanah longsor hingga peningkatan penyakit berbasis lingkungan juga menanti selama musim hujan panjang.
“Keselamatan warga harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi situasi ini,” tandas Yobie. (Red/Adv)