AKADEMIKAHEADLINEPEMPROV KALIMANTAN TENGAH

Setiap Kamis, Siswa SMA Kalteng Wajib Gunakan Bahasa Daerah dan Pakaian Adat

11
×

Setiap Kamis, Siswa SMA Kalteng Wajib Gunakan Bahasa Daerah dan Pakaian Adat

Sebarkan artikel ini

PALANGKARAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Pendidikan (Disdik) resmi menerapkan kebijakan pelestarian budaya lokal bagi peserta didik jenjang SMA dan sederajat. Mulai kini, setiap hari Kamis para siswa diimbau untuk menggunakan bahasa daerah dan mengenakan pakaian adat berupa lawung bagi laki-laki serta sumping bagi perempuan.

Kebijakan ini dijalankan secara serentak di seluruh sekolah menengah atas se-Kalteng dan mendapat dukungan penuh dari berbagai kalangan. Langkah ini sekaligus menjadi implementasi visi Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran dalam membangun karakter generasi muda berbasis kearifan lokal.

“Selain menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri, ini juga bentuk penghargaan terhadap kearifan lokal yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman,” ujar Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, saat berdialog bersama siswa dan guru di SMAN 1 Kuala Kurun, belum lama ini.

Baca Juga  Kongres PWI Didukung Pemerintah, Jadi Momentum Rekonsiliasi

Tujuan utama dari kebijakan ini adalah memperkuat identitas budaya di kalangan pelajar, sekaligus menjadikan sekolah sebagai ruang yang mendukung nilai-nilai lokal dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, siswa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kokoh dalam jati diri kebudayaannya.

Penerapan ini mendapat sambutan antusias di media sosial. Banyak warganet yang mengapresiasi, bahkan mengungkapkan nostalgia saat masa sekolah mereka dulu, ketika penggunaan bahasa daerah dan unsur budaya lokal masih sangat akrab dalam keseharian.

Baca Juga  Sebagian Proyek Infrastruktur Kalteng Dibayar Tunda, DPRD dan PUPR Sepakati Skema Khusus

Beberapa komentar bernada humor turut menyemarakkan diskusi daring, seperti “Jangan sampai lupa bawa lawung, nanti ketinggalan identitas!” hingga pujian terhadap langkah sekolah yang mampu menjembatani adat dengan dunia pendidikan modern.

Isu mengenai potensi beban biaya tambahan juga sempat mencuat, namun langsung direspons oleh warganet lain dengan solusi kreatif. Salah satunya dengan usulan agar sekolah mengajarkan pembuatan busana adat secara mandiri melalui program keterampilan atau menjual perlengkapannya dalam kegiatan bazar siswa.

Disdik Kalteng sendiri memastikan bahwa program ini akan terus dimonitor dan dibina agar pelaksanaannya berjalan efektif, tanpa memberikan tekanan ekonomi kepada peserta didik maupun orang tua.

Baca Juga  Gubernur Serukan Gotong Royong Bangun Pulang Pisau dan Wujudkan Kalteng Berkah

“Kami ingin membentuk generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga bangga akan jati dirinya sebagai anak Kalimantan Tengah,” tandas Reza. (Red/Adv)

+ posts