HEADLINEPARIWISATAPEMKOT PALANGKA RAYAPEMPROV KALIMANTAN TENGAH

Kenta, Bahasa Cinta dari Dapur Tradisional Dayak

71
×

Kenta, Bahasa Cinta dari Dapur Tradisional Dayak

Sebarkan artikel ini
Foto Ist. : Peserta lomba menumbuk kenta

PALANGKA RAYA – Tidak banyak makanan yang disiapkan dengan nyanyian, keringat, dan harapan. Tapi, kenta kudapan khas Dayak dibuat dengan semua itu. Di lomba kuliner tradisional Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025, kenta kembali menjadi pusat perhatian, bukan hanya karena rasanya, tapi karena cerita di baliknya.

Tradisi mengenta dilakukan untuk merayakan musim panen. Ia adalah bentuk syukur yang mewujud dalam masakan. Di Museum Balanga, sembilan kabupaten/kota datang tak sekadar berlomba, tetapi juga merayakan kenangan, kebersamaan, dan cinta kepada leluhur.

Baca Juga  Bonus Demografi Direspons Serius Lewat Peta Jalan Kependudukan

Hartini Titin, Kepala UPT Museum Balanga Kalteng, mengaku tersentuh melihat para peserta, mulai dari anak-anak hingga orang tua, ikut dalam proses yang penuh makna ini. Baginya, lomba ini bukan sekadar formalitas tahunan, tapi cara menyampaikan nilai hidup.

“Kegiatan ini merupakan event yang sangat strategis untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kudapan tradisional yang berawal dari nenek moyang kita,” jelasnya, Selasa (20/5/2025).

Kenta dibuat dengan teknik yang nyaris hilang: beras ditampi, ditumbuk, lalu dimasak perlahan di atas api kayu. Proses panjang ini mencerminkan kesabaran dan ketekunan — dua nilai penting dalam budaya Dayak yang semakin jarang diajarkan.

Baca Juga  Koperasi Merah Putih Jadi Solusi Mandiri Petani Lokal

Menurut Hartini, di era digital ini, mengembalikan makna dalam tradisi kuliner tidak bisa hanya lewat buku atau video. Harus ada pengalaman langsung, dan lomba ini menjadi salah satu sarana paling efektif.

Kenta dinilai dari banyak sisi: teknik, rasa, keindahan penyajian, dan kostum. Namun di balik itu, juri juga menyaksikan bagaimana tiap tim bekerja sama, saling menghormati, dan belajar dari satu sama lain.

Baca Juga  Rangkaian Lomba HUT IGTKI Bangkitkan Semangat Guru PAUD

“Mari kita jadikan kegiatan ini sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi, memperkaya warisan kuliner, dan menumbuhkan rasa cinta kepada budaya kita sendiri,” tandas Hartini. (Red/Adv)

+ posts