PALANGKARAYA – Tim gabungan Universitas Palangka Raya (UPR) dan mitra resmi diberangkatkan dalam ekspedisi pendakian Bukit Raya, sebagai bagian dari upaya penyusunan strategi pengembangan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan dan partisipasi masyarakat adat.
Bertempat di halaman LPPM UPR, pelepasan tim dilaksanakan Minggu pagi, 20 Juli 2025, menandai dimulainya tahap kedua kegiatan lapangan di Desa Tumbang Habangoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan.
Koordinator kegiatan, Dr. Renhart Jemi, S.Hut., M.P menjelaskan, Desa Tumbang Habangoi memiliki potensi besar sebagai gerbang wisata ke Bukit Raya yang harus dikembangkan tanpa merusak keseimbangan ekologis.
“Kajian ini penting sebagai pijakan awal pembangunan ekowisata yang tidak hanya indah, tetapi juga bermakna,” katanya, Minggu (20/07/2025).
Tahap pertama kegiatan telah dilakukan sebelumnya dengan melibatkan masyarakat melalui sosialisasi dan pemetaan potensi alam dan budaya. Kini, tim bergerak ke tahap dua yang lebih teknis, termasuk pendakian dan pemetaan.
“Ekspedisi ini mencakup observasi spesies endemik, identifikasi jalur aman, serta penilaian daya tarik visual dan edukatif,” tambahnya.
Ketua LPPM UPR, Dr. Ir. Evi Veronica, MS, turut memberikan pesan dukungan penuh kepada seluruh tim, agar menjaga semangat ilmiah dan keselamatan pribadi selama ekspedisi berlangsung.
“Saya harap hasilnya bisa menjadi sumbangan nyata bagi pengembangan desa wisata yang lestari,” tuturnya.
Kegiatan ini turut menggandeng berbagai pihak seperti BAPPERIDA, WWF Indonesia, Yayasan Jaga Jantung Kalimantan, serta KPH Katingan Hulu, hingga Pokdarwis dan mahasiswa kehutanan UPR.
Perwakilan Yayasan Jaga Jantung Kalimantan, Berdodi Martin Samuel menyoroti nilai spiritual kawasan Bukit Raya yang harus menjadi bagian dari strategi pengembangan.
“Bukit Raya bukan sekadar pencapaian puncak. Ia adalah simbol spiritual dan sejarah masyarakat adat,” ujarnya.
Ia menegaskan, pelibatan masyarakat sebagai subjek utama akan menentukan keberhasilan seluruh konsep wisata alam yang dirancang.
“Kita tidak bisa menjaga Bukit Raya dengan cara yang menyingkirkan yang paling dekat dengannya,” tandas Berdodi.
Sekedar menginformasikan, Laporan akhir kajian dan peta jalur pendakian akan dipublikasikan dalam bentuk dokumen rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah, serta sebagai bahan edukasi dan promosi wisata berkelanjutan. (Red/Adv)