SURAKARTA – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan pentingnya perbankan daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikan dalam Dialog Bersama Industri Perbankan di wilayah Solo Raya, bertempat di Kantor OJK Solo, Jumat (21/3/2025).
“Kami menekankan agar perbankan daerah dapat lebih berperan aktif dalam mendukung perekonomian lokal, yang nantinya akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan,” ujar Dian.
Ia menambahkan bahwa forum ini menjadi sarana strategis untuk berdialog mengenai tantangan dan peluang perbankan daerah. Dian berharap perbankan daerah terus meningkatkan kinerja dan kontribusinya di wilayah masing-masing. “Kami juga mendorong sinergi antara OJK, Bank Indonesia, serta lembaga terkait lainnya agar semakin kuat,” katanya.
Dian menjelaskan bahwa OJK, sesuai dengan undang-undang, berperan dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah. Salah satunya dengan menerbitkan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027 serta Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR BPRS 2024-2027.
Pada Pertemuan Industri Tahunan Jasa Keuangan 2025, OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan di kisaran 9-11 persen. Proyeksi ini didukung dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diprediksi naik 6-8 persen. “Ini menunjukkan prospek positif ekonomi nasional, meskipun ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik masih membayangi,” jelas Dian.
Data OJK mencatat stabilitas industri perbankan nasional tetap terjaga. Per Januari 2025, aset Bank Umum tumbuh 6,34 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp12.410,7 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit mencapai 10,27 persen yoy menjadi Rp7.782,2 triliun, dengan DPK naik 5,51 persen yoy menjadi Rp8.879,3 triliun.
Perbankan syariah juga mencatat kinerja positif. Hingga Januari 2025, total aset tumbuh 9,17 persen yoy menjadi Rp948,2 triliun, dengan pangsa pasar sebesar 7,5 persen. Penyaluran pembiayaan tumbuh 9,77 persen yoy menjadi Rp639,1 triliun, sedangkan DPK naik 9,85 persen yoy menjadi Rp737,4 triliun.
“Wilayah Solo Raya juga mencatat tren serupa. Total aset perbankan Solo Raya tumbuh 2,29 persen yoy menjadi Rp119,53 triliun, meskipun penyaluran kredit mengalami kontraksi -2,64 persen yoy menjadi Rp103,6 triliun. Namun, penghimpunan DPK tetap naik 3,1 persen yoy menjadi Rp97,8 triliun. Ini menunjukkan peluang pemulihan masih terbuka,” tandas Dian. (Red/OJK).