PALANGKARAYA – Setelah sukses menggelar Napak Tilas Tumbang Anoi ke-3 pada 2019, Borneo Dayak Forum Internasional kembali merancang perhelatan serupa di tahun 2025. Puncak acara dijadwalkan berlangsung pada 24 Juli 2025 di Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Ketua Panitia Napak Tilas Tumbang Anoi ke-4, Dr. Ir. Aswin Usup, M.Sc, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar agenda seremonial, tetapi memiliki nilai historis dan strategis bagi masyarakat adat.
“Napak Tilas Tumbang Anoi bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga memperkuat solidaritas masyarakat adat dalam memperjuangkan hak-hak mereka di era modern,” ujarnya, Minggu (09/03/2025).
Peringatan International Day of the World’s Indigenous People yang ditetapkan WHO pada 9 Agustus 1994 menjadi salah satu dasar penyelenggaraan kegiatan ini.
“Kami ingin momentum ini menjadi wadah refleksi bagi masyarakat adat, khususnya Dayak, untuk semakin aktif dalam mempertahankan identitas dan hak-haknya,” katanya.
Dalam pertemuan Borneo Dayak Forum di Kuching, Malaysia, pada 10 Agustus 2024, Kalimantan Tengah resmi ditetapkan sebagai tuan rumah Seminar Indigenous Day of the World sekaligus Napak Tilas Tumbang Anoi ke-4.
“Penetapan Kalimantan Tengah sebagai tuan rumah adalah bentuk kepercayaan dan pengakuan terhadap peran strategis Dayak dalam sejarah perjuangan masyarakat adat,” tambahnya.
Aswin berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mengenal sejarah dan budaya mereka.
“Generasi muda perlu memahami bahwa sejarah adalah fondasi bagi masa depan. Dengan mengenang dan mempelajari perjuangan leluhur, mereka bisa lebih siap menghadapi tantangan zaman,” tegasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga agar perjuangan masyarakat adat semakin mendapatkan pengakuan luas.
“Keberlanjutan budaya dan hak-hak masyarakat adat harus menjadi perhatian bersama. Dukungan dari berbagai pihak akan sangat menentukan keberhasilan perjuangan ini,” tutupnya. (Red/Adv)